Rasulullah
S.A.W bersabda bahwa di dalam syurga itu terbagi dalam kamar-kamar.
Dindingnya tembus pandang dengan hiasan di dalamnya yang sangat
menyenangkan. Di dalamnya pula terdapat pemandangan yang tidak pernah
dilihat di dunia dan terdapat satu hiburan yang tidak pernah dirasakan
manusia di dunia.
"Untuk siapa kamar-kamar itu wahai Rasulullah S.A.W?" tanya para sahabat.
"Untuk orang yang mengucapkan dan menyemarakkan salam, untuk mereka
yang memberikan makan kepada yang memerlukan, dan untuk mereka yang
membiasakan puasa serta shalat di waktu malam saat manusia lelap dalam
mimpinya."
"Siapa yang bertemu temannya lalu memberi salam,
dengan begitu ia berarti telah menyemarakkan salam. Mereka yang memberi
makan kepada ahli dan keluarganya sampai berkecukupan, dengan begitu
berarti termasuk orang-orang yang membiasakan selalu berpuasa. Mereka
yang shalat Isya' dan Subuh secara berjamaah, dengan begitu berarti
termasuk orang yang shalat malam di saat orang-orang sedang tidur
lelap." Begitu Nabi menjelaskan sabdanya kepada sahabatnya.
(HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
“Sesungguhnya penghuni tingkatan-tingkatan tinggi bisa terlihat oleh
orang-orang di tingkatan di bawah mereka sebagaimana kalian melihat
bintang yang naik di cakrawala langit. Dan sesungguhnya Abu Bakar dan
Umar termasuk dari mereka dan keduanya mendapatkan
kenikmatan-kenikmatan”. (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu
Hibban, dari Abi Said).
Hadits ini berbicara tentang
tingkatan-tingkatan di surga. Ini berarti, surga itu bertingkat-tingkat.
Dan memang disebutkan di dalam sebuah hadits bahwa surga itu terdiri
dari seratus tingkatan. Tingkatan-tingkatan itu kadang disebut dengan
“kamar-kamar”, dimana bagian luarnya bisa dilihat dari dalam dan bagian
dalamnya bisa dilihat dari luar. Yang menakjubkan adalah jarak satu
kamar dengan kamar lainnya atau satu tingkat dengan tingkat lainnya
seperti jarak bumi dengan langit.
Sesungguhnya di dalam surga
ada seratus tingkatan yang disediakan Allah bagi orang-orang yang
berjihad di jalan Allah. Jarak antara dua tingkatan seperti antara
langit dan bumi. Maka apabila kamu memohon kepada Allah, maka mohonlah
(surga) Firdaus kepada-Nya, karena ia terletak di tengah surga-surga
yang tertinggi. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah r.a.)
Suatu hari
di tahun 1609, Galileo mengarahkan teleskopnya pertama kali ke langit.
Ketika melihat bulan, ia dapat melihat permukaan benda langit itu yang
dipenuhi kawah-kawah. Ketika melihat planet Jupiter, ia melihat benda
langit berbentuk bulat dan dikelilingi 4 buah bulan. Namun ketika
mengarahkan teleskopnya ke bintang-gemintang, astronom kelahiran Pisa
(Toscana, Italia) itu tidak dapat melihat bagaimana bentuknya. Ia hanya
bisa melihat titik-titik cahaya, sama seperti bila ia lihat dengan mata
telanjang. Hanya bedanya, bintang itu terlihat lebih terang dan
jumlahnya lebih banyak saat menggunakan teleskop.
Melihat
kenyataan itulah, Galileo lalu menyimpulkan bahwa bintang merupakan
benda langit yang sangat jauh tanpa bisa menyebutkan berapa jaraknya.
Baru pada tahun 1837 orang bisa memperkirakan jarak sebuah bintang.
Adalah Friedrich Bessel yang pertama kali berhasil menghitungnya dengan
metode Paralaks. Astronom Jerman itu berhasil mengamati bintang 61 Cygni
(sebuah bintang di rasi Cygnus/angsa) yang memiliki paralaks 0,29″.
Sementara paralaks bintang yang paling besar (yang itu artinya paling
dekat dengan matahari dan bumi) adalah bintang Proxima Centauri yang
memiliki paralaks 0.76″ dengan jarak 1,31 parsec atau sama dengan 4,2
tahun cahaya. Itu berarti, cahaya yang dipancarkan Proxima Centauri
membutuhkan waktu 4,2 tahun untuk sampai di bumi setelah menempuh jarak
sekitar 40 trilyun km.
Jika 40 trilyun km itu adalah jarak bintang dengan paralaks paling besar, yang berarti bintang “paling dekat” dengan kita..!
Jika jarak bintang Proxima Centauri, bintang paling dekat dengan bumi
kita ini saja 4,2 tahun cahaya, berapa pula jarak para penghuni surga di
kamar yang lebih tinggi yang dilihat sebagai bintang oleh para penghuni
di kamar di bawah mereka?
Anggaplah sama dengan Proxima
Centauri yang dilihat dari bumi. 4,2 tahun cahaya. Tetapi, bukankah 1
hari di akhirat sama dengan 50.000 tahun di dunia (QS. 70: 4) atau
setidaknya 1.000 tahun di dunia (QS. 32: 5)? Katakanlah 1000 tahun di
dunia saja (artinya, waktu di akhirat dibanding di dunia adalah
1:365.000). Maka, jarak penghuni surga di kamar lebih tinggi itu 4,2 x
365.000 tahun cahaya! Jadi, 1.533.000 tahun cahaya atau 14.563.500
trilyun km!
Sebuah penggambaran seseorang penghuni surga di
tingkat bawah yang sedang memandang penghuni kamar surga di atasnya itu
seperti orang yang dilanda rasa “iri” yang luar biasa, disertai
penyesalan tiada tara. “Siapa ya yang ada di sana? Betapa indahnya jika
aku bisa berada di sana!”
Satu tingkat saja, kawan, tetapi
hanya kerlip sinarnya yang terlihat. Begitu jauh. Tak tergapai. Dan
tentu saja hal itu berbanding lurus dengan anugerah yang mereka terima.
Bayangkan jika Anda penghuni kamar terendah di surga lalu memandang
penghuni kamar tertinggi di tingkatan 100 di surga...!
Posted in: kisah islam
0 komentar:
Posting Komentar
pembaca yang baik selalu,memberi comentar yang baik pula,buat artikel aljinet ini,biar ada masukan lebih dan memgembangkan blog aljinet ini,untuk itu disarankan comentlah artikel kami,beri kritikan yang pedas tidak masalah,silakan di coment kawan