@Bumiayuku - PENELUSURAN pelaku sejarah mula Bioskop Sena di Bumiayu pada Rabu (27/3) menemukan titik terang. Dua orang saksi hidup bioskop pertama di Brebes selatan itu, kemarin berhasil dijumpai dan memberi keterangan berharga periode awal bioskop tersebut kepada SatelitPost.
Sahroni, pria kelahiran 1930 yang tinggal di kompleks Bioskop Sena, Desa Kalierang, Kecamatan Bumiayu, menuturkan Gedong Sena, begitu dia menyebut, sudah mulai beroperasi pada 1951. Ini berbeda dengan keterangan Anis Khamim SE, Ketua Yayasan Kerabat, pemilik gedung sekolah yang berdiri di bekas lahan sekolah Tionghoa itu.
Sahroni memang membenarkan Bioskop Sena berdiri di lahan bekas sekolah milik Tiong Hwa Hwee Koan (THHK). Namun, jauh sebelum peristiwa pemberontakan 1965 yang disebutnya sebagai Gestok (gerakan satu Oktober), Gedong Sena menurutnya sudah lebih dulu terkenal.
Sebelum dibangun bioskop, selain kompleks sekolah Tionghoa, di lokasi tersebut pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang juga sering dijadikan pementasan ketoprak, sandiwara, dan tonil. Cerita Kamandaka adalah satu judul pertunjukan yang paling sering dipentaskan di zaman itu.
“Namun karena tahun revolusi (1945-1949) tempat itu sepi, baru pada 1951 dibangun bioskop. Pertama namanya Bioskop Venus, tapi karena kebarat-baratan jadinya dilarang dan diubah menjadi Sena,” katanya.
Tan Ing Haay, pria kelahiran 1942 bercerita hal lain terkait Bioskop Sena. Satu di antara pengurus Yayasan Eka Bakti, yakni yayasan yang mencoba meneruskan perjuangan THHK di Bumiayu ini, membenarkan Bioskop Sena didirikan pada 1951. Satu di antara banyak tujuan pembangunan bioskop ini, menurutnya menghibur rakyat dan tentara sehabis masa perang kemerdekaan.
Pada 1947 sewaktu Agresi Militer Belanda 1 meletus, kenang dia, masyarakat Bumiayu membakar habis sekolah Tionghoa. Rakyat waktu itu marah karena beranggapan komunitas Tionghoa di sini mendukung Belanda dan tidak cinta perjuangan Indonesia. Karena rusak, terpaksa harus membangun lagi gedung pertunjukan baru.
“Karena rusak dibakar, akhirnya harus dibangun gedung pertunjukan baru,” katanya.
Awal 1950 dimulailah pembangunan Bioskop Sena. Antara masyarakat dan kalangan militer waktu itu bahu membahu menghidupkan dunia pertunjukan di Bumiayu kembali. Bahkan, ketika Jenderal Ahmad Yani di Bumiayu menumpas gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), kata Haay, dia ikut aktif mendukung beroperasinya Bioskop Sena.
Haay masih ingat betul bagaimana suasana awal pembukaan dan pemutaran film di Bioskop Sena pada 1951. Pengunjung utama waktu itu kebanyakan tentara yang bertugas memadamkan gerakan DI/TII di Brebes selatan. Meski lupa berapa harga tiket awalnya, namun dia ingat waktu itu semua tentara yang masuk ke bioskop oleh pengelolanya diberi diskon harga tiket 50 persen.
“Film pertama yang diputar waktu itu film Perang Dunia II, di dalamnya mengisahkan bagaimana Belanda kalah dari Jepang dan lari ke Australia,” katanya.
Selama periode 51-65 Bioskop Sena belum memasuki zaman keemasan. Selain dalam tahun-tahun itu di Bumiayu banyak gejolak militer dan politik, waktu itu pengelola juga masih kesulitan memperoleh judul film-film layar lebar. Zaman itu, kata Sahroni, yang pernah sebagai pemutar film dan penjaga diesel Bioskop Sena, pengelola bioskop harus menunggu film kiriman dari Cirebon.(agus setiyanto/bersambung)
Sumber : SatelitPost
0 komentar:
Posting Komentar
pembaca yang baik selalu,memberi comentar yang baik pula,buat artikel aljinet ini,biar ada masukan lebih dan memgembangkan blog aljinet ini,untuk itu disarankan comentlah artikel kami,beri kritikan yang pedas tidak masalah,silakan di coment kawan